Setelah Absen 2 Tahun, Sanfest kembali hadir dalam format kekinian, energik, dan bersemangat muda
SANUR Village Festival hadir kembali dalam format kekinian, energik, dan bersemangat muda sebagai respons terhadap bangkitnya kembali aktivitas pariwisata yang sempat jeda dua tahun lebih akibat pademi Covid-19.
Sanur Village Festival (SVF) atau paramuda lebih akrab menyebutnya dengan Sanfest akan digelar pada 17-21 Agustus 2022 di Pantai Matahari Terbit Sanur dengan tajuk “AstraPay Surya Sewana”.
Sanfest Ke-15 ini menghadirkan berbagai kegiatan seni budaya, sport, aksi lingkungan, ekonomi kreatif; dan hiburan dalam format temu kangen, keakraban, dan optimisme menatap masa depan.
Ketua Umum Sanur Village Festival Ida Bagus Gede Sidharta Putra (Gusde) mengatakan pariwisata belum pulih betel, tetapi harapan dan keinginan untuk menyalakan kembali denyut perekonomian harus intens dilakukan.
“Sanfest sebagai salah satu lokomotif promosi pariwisata Sanur konsisten hadir setelah pandemi mereda dan berupaya melanjutkannya sesuai cita-cita awal menggelar festival pertama pada 2006 silam,” kata Gusde, Senin, 15 Agustus 2022.
Gusde mengatakan pelaksanaan festival kali ini mengedepankan kenyamanan dalam suatu area festival dengan penyegaran suasana sesuai terra Surya Sewana. Tema ini mengandung filosofi yakni doa dan puja mantra meyongsong matahari pagi yang juga merupakan bentuk rasa syukur atas bangkitnya kembali denyut nadi kehidupan pariwisata di Bali.
Spirit 'Surya Sewana’, harap Gusde, memberikan gairah dan energi berkelanjutan untuk kerja kreatif di berbagai bidang, terutama mendorong kuantitas dan kualitas kepariwisataan sebagai tulang punggung perekonomian Bali.
Festival ini sendiri telah didahului dengan pemanasan festival yakni “Surya Sewana: Road to Sanfest 2022” pada 1-3 Juli lalu. Selain itu ada beberapa acara yang digelar lebih dulu yakni Night Fun Run 6 Agustus; Sanur Motor Shov. 8-10 Juli: dan Sanur International Kite Festival 11 - 14 Agustus 2022.
Gusde menjelaskan Sanfest dimulai pada Rabu 17 Agustus 2022. tetapi pembukaan secara resmi oleh Menparekraf Sandiaga Salahuddin Lino dilaksanakan pada Kam is 18 Agustus 2022 pukul 19.00 wita.
Acara pembukaan yang akan menyajikan tari pembuka Maha Bajra Sandi dan pertunjukan seni Kita Poleng ini rencananya dihadiri pula oleh Menko Bidang Kemaritiman dan Investasi Luhut Binsar Pandjaitan, Menteri BUMN Eric Thohir, Gubernur Bali Wayan Koster, dan Wali Kota Denpasar Jaya Negara.
Gusde menambahkan festival kali ini juga ikut memasyarakatkan pembayaran nontunai (cashless) seperti yang dicanangkan pemerintah dengan menggandeng AstraPay sebagai pendukung festival.
Chief Marketing Officer AstraPay Reny Futsy Yama menyambut baik kerja sama dengan Sanfest untuk mengajak masyarakat bertransaksi nontunai yang cepat, mudah, dan aman.
Pada Sanfest 2022 ini, AstraPav memberikan banyak penawaran spesial bagi para pengunjung. Di antaranya, dengin membeli tiket offline SanFest menggunakan AstraPay dapat menukar minuman dengan hanya membayar 1 Rupiah, melakukan transaksi QRIS dapat sesi photo booth serta lucky draw merchandise AstraPay dan makanan ringan bagi setiap pengunjung yang mengunggah keseruan di SanFest ke akun Instagram pribadinya dan tag Instagram @astrapayid.
AstraPay adalah aplikasi pembayaran digital milik PT Astra Digital Arta yang merupakan anak perusahaan dari PT Astra International Tbk. Selain bersinergi dengan lini bisnis dalam ekosistem Astra, AstraPay juga bekerja sama dengan para mitra usaha terbaik di industrinva.
“AstraPay juga melayani pembayaran berbagai tagihan bulanan, pembelian pulsa, tiket transportasi umum, serta pembayaran dengan fitur QRIS di lebih dari 15 juta merchant di seluruh Indonesia,” kata Reny.
Reny menambahkan bahwa saat ini AstraPay telah memiliki lebih dari 5 juta basis pengguna yang tersebar di seluruh Indonesia.
Sanfest 2022 menyajikan kegiatan seperti food festival. food heritage, green booth, kompetisi surfing, kite surving, tenis, parade jukung, bazar, bersih-bersih pantai, penanaman pohon langka. Sanfest Dewata Hash Run, fashion show, yoga, pelepasan tukik, dan aneka talk show.
Selain itu, Sanfest menyajikan dua panggung yakni ‘Surya Stage’ dan ‘Sewana Stage’ yang secara bergantian setiap petang hingga malam mempersembahkan berbagai hiburan.
Rundown acara bisa dilihat di www.sanurvillagefestival.com atau akun Instagram @sanurfestival.
SVF I: 25-27 Agustus 2006, Lapangan Inna Grand Bali Beach
Sanur Village Festival digagas sebagai respons terhadap lesunya kunjungan wisatawan pascatragedi bom Bali kedua (2005) yang belum pulih betul sejak peristiva bom Bali pertama (2002). Yayasan Pembangunan Sanur didukung Pemkot Denpasar dan Pemprov Bali menggelar serangkaian kegiatan yang mengangkat potensi seni budaya dan ekonomi kreatif masyarakat Sanur yang diharapkan menjadi ajang promosi pariwisata efektif dan berkelanjutan.
SVF II: 15-19 Agustns 2007, Lapangan lima Grand Bali Beach
Mengusung tema The new Spirit of Heritage untuk memberikan semangat baru terhadap peninggalan para leluhuryang mengolah daerah pesisir ini berupa baik lingkungan, seni budaya dan aktivtas sosial kemasyarakatannya. Tema ini kemudian dijadikan dasar pijakan SVF secara berkelanjutan.
SVF III: 6-10 Agustus 2008. Lapangan Inna Grand Bali Beach
Tema Going Green membingkai seluruh kegiatan fokus untuk mempertahankan Sanur sebagai desa pariwisata internasional yang memelihara lingkungan sebagai bagian terpenting dari daya tarik wisata. Festival ini juga menjadi kampanye besar untuk mengingatkan banyak orang akan pentingyna Sanur menjaga keasrian lingkungan maupun kekayaan seni budayanya.
SVF IV: 12-16 Agustus 2009. Pantai Mertasari Sanur
Tema Marine Life mengingatkan esensi pantai sebagai pusat kehidupan masyarakat Sanur yang secara lentur mengikuti perkembangan zaman tanpa melupakan jati diri budaya bahari dan identitas masyarakat pesisir. Bagi Sanur laut dan pantai merupakan sumber ekonomi dan kehidupan yang tetap dijaga agar aman, nyaman dan lestari.
SVF V: 4-8 Agustus 2010, Areal Cottage In na (;1-11 lid Bali
Mengusung tema Saha Arthur yang bermakna sebagai permohonan bersama (saha) kepada Tuhan Yang Maha Esa untuk mendapatkan sinar suci (nullur atau nur) yang menjadi spirit bagi berbagai aspek kehidupan masyarakat Sanur. Ini menegaskan komitmen SVF untuk tetap mempertahankan warisan seni dan budaya serta memberdayakan potensi dan mengembangkan ekonomi kreatif untuk menunjang kegiatan pariwisata sebagai baoian tak terpisahkan dari kehidupan masyarakat Sanur.
SVF VI: 18-22 November 2011, Pantai Matahari Terbit Sanur
SVF ini digelar bersamaan dengan Pekan Flori dan Flora Nasional (PF2N) yam merupakan
agenda tahunan Direktorat Jenderal Hortikultura. Kementerian Pertanian RI. mengambil tema Flower Fiesta. Penggabungan kedua acara akbar ini diharapkan memberikan inspirasi bagi pengembangan produk hortikultura dan ekonomi kreatif yang tertkait secara langsung maupun tidak langsung untuk memenuhi kebutulian industri pariwisata. Kedua acara ini menjadi salah satu kunjungan delegasi Konferensi Tingkat Tinggi Ke-19 Asean yano ketika itu berlangsung di Nusa Dua.
SVF VII: 26-30 September 2012, Lapangan Ulna Grand Bali Beach
Mengusung tema Salampah Laku yang, diambil dari judul salah satu geguritan (syair) karya pengarang besar Bali modern Abad Ke-20 Ida Pedanda Made Sidemen, dan Geriya Taman Intaran, Sanur. Filosofi kearifan lokal diangkat untuk menyemangati daya hidup kepariwisataan yang menyokong, begitu banyak aktivitas wawa keseharian mulai dan kegiatan spiritual hingga perekonomian. Dalam konteks kekinian Salampah Laku diharapkan menjadi inspirasi bagi semua insan agar termotivasi mencapai kesempurnaan dan kesucian hidup dengan mewujudkan satunya pikiran. perkataan. dan perbuatan. Salampah Laku mengilustrasikan laku kehidupan yang mengalir laksana air dan dijalani secara ikhlas agar mendatangkan manfaat bagi lingkungan dan sesama.
SVF VIII: 24-28 September 2013, Lapangan lima Grand Bali Beach
Tema Segara Giri diangkat dari kosmologi yang membumi dan memberikan makna mendalam. Segara (laut) dan Girl (gunung). keduanya memiliki nilai sosio-religius yang mengandung nilai strategis sebagai sumber kehidupan. Segara Giri menggabungkan dimensi kesadaran dari sumbu religi dan bumi. Desa Sanur salah satu tempat yang menjadi zona dari poros terbitnya matahari yang menjadi putaran waktu dimualinya aktivitas religi dan social masyarakat Bali. Giri atau gunung merupakan sumbu bumi yang menjadi orientasi kuat dalam menentukan arah sebagai pijakan membuka dimensi alam dalam kehidupan. Keseimbangan Segara Giri dan masyarakat Bali telah menjadikan pijakan keharmonisan kehidupan berkelanjutan (Tri Hita Karana).
SVF IX: 20-24 Agustus 2014, Maisonette Area, Irma Grand Bali Beach
Tema Morning of the World diangkat sebagai kristalisasi spiritual yang mendorong festival tetap eksis bersama kreativitas masyarakat Sanur. Tema ini juga mengapresiasi kekuatan religi atas peran para Sulinggih di Upacara nyurya sewana setiap pagi menjelang matahari terbit. Pemujaan Bhatara Siwa dalam manifesitasi Dewi Sawitri dengan Sawitri Mantram sepenuhnya ditujukan untuk menjaga kebenaran alam dan merawat kebaikan manusia. Morning of the World juga dijadikan promosi yang kuat untuk branding pariwisata Sanur, dengan menegaskan hahwa Paginya Bali adalah paginya dunia dan paginya Bali adalah paginya Sanur.
SVF X: 26-30 Agustus 2015, Maisonette Area, Ina Grand Bali Beach
Dasa Warsa merupakan tonggak yang semakin mengukuhkan jatidiri sebuah festival yang telah memberikan secara filosofis makna dan nilai ekonomi yang mampu memberian kontribusi bagi kelangsungan hidup bermasyarakat dan keparwisataan Sanur dan sekitarnya. Festival ini bahkan telah menjadi rujukan sejumlah daerah bagaimana mengemas event berskala internasional dengan semangat ngayah warga desa.
SVF XI: 24-28 Agustus 2016, Maisonettee, kawasan Inna Grand Bali Beach
Mengangkat tema Tat Twam Asi yang mengandung filosofi universal aku adalah kamu, kamu adalah aku. Festival ini mengajak masyarakat bisa iku berperan membumikan Tat Twam Asi dalam suatu kesetaraan egaliter melalui fungsi masing-masing pribadi di masyarakat. Selain itu, tentu dengan kondisi yang terbangun tersebut, bisa lebili mengokohkan persatuan, kesatuan, kebersamaan dan gotong royong membangun lingkungan yang lebih balk. Kebersamaan dan kegembiraan itu di antaranya tercermin dari panggung hiburan yang disaksikan ribuan penonton.
SVF XII: 9-13 Agustus 2017, Maisonette Inna Grand Bali Beach
Bertema Bhinneka Tunggal lka, festival kali ini merespons kondisi kekinian di Tanah Air serta ikut menggerakkan elemen bangsa untuk semakin memaknai perbedaan dalam bingkai keindonesiaan yang beragam suku, bangsa, agama dan budava ini. Kemasan festival mengentalkan penyadaran dengan turut serta membumikan, menggelorakan, dan menebarkan semangat persatuan dan kesatuan bangsa, seperti termaktub dalam semboyan Negara Kesatuan Republik Indonesia: Bhinneka Tunggal lka. Spirit Bhinneka Tunggal Ika inilah yang ingin digemakan sehingga seluruh lapisan warga dapat mewujudkan rasa saling memiliki menghargai dan menjaga.
SVF XIII: 22-26 Agustus 2018, Pantai Matahari Terbit, Sanur
Mengangkat tema Mandala Giri yang merupakan sebuah semangat pemikiran untuk memusatkan perhatian kembali kepada Gunung Agung yang pada November 2017 mengalami erupsi. Momen ini memberikan refleksi dalam hal kemanusiaan, persaudaraan, dan pendekatan terhadap alam. Sanur meskipun tidak memiliki gunung, tetapi dari kawasan pantai dapat disaksikan panorama Gunung Agung yang anggun. Selain itu Sanur memiliki pura yang merupakan pelinggih Gunung Agung, seperti terdapat di Pura Giri Kusuma vang bermakna candi bunga yang dibangun di tengah air. Hal ini mencerminkan telah adanva kesadaran pentingnya gunung. Bagi masvarakat Bali, letusan gunung bukan hanya sebagai pralina, tetapi juga upeti atau proses penciptaan kehidupan baru. Aliran mineral yang dibawa oleh air dan abu gunung memberikan kesuburan dan kerahayuan atau kesejahteraan.
SVF XIV: 21-25 Agustus 2019, Pantai Matahari Terbit, Sanur
Mengusung tema Dharmaning Gesing yang dimaksudkan untuk memuliakan bambu sekaligus menggugah olah kreativitas produk bambu dari berbagai komunitas. Dimaksudkan pula untuk menggali berbagai kemungkinan penggunaan bahan bambu yang semakin meluas dan memberikan nilai keekonomian untuk kesejahteraan. Gesing, atau bambu merupakan bagian penting kehidupan dari generasi ke generasi dan melekat dalam tradisi sehari-hari masyarakat Bali. Penggunaan bambu yang memiliki nama latin Bambuseae pada masa kini kian berkembang dengan kemajuan teknologi dan penggunaan batang bambu dalam berbagai ilmu terapan.
Posting komentar