TANGGAL 15 dan 16 November 2022 Bali menjadi pusat perhatian dunia. Dua puluh Kepala Negara atau perwakilannya datang ke Bali untuk menghadiri KTT G20 Indonesia 2022 yang utamanya membahas masalah ekonomi. Pertemuan ini memiliki berbagai makna penting, antara lain karena dunia sedang dalam bayangan resesi, dan juga karena bisa langsung dihadiri para Kepala Negara pasca pandemi. Hampir seluruh kegiatan utama dan penginapan para peserta berlangsung di sekitar kawasan Nusa Dua yang memang memiliki fasilitas serta akomodasi yang memadai. Ada empat lokasi kegiatan utama, termasuk satu hotel, yaitu The Apurva Kempinski Bali.
Tentu ini sangat membanggakan bagi The Apurva Kempinski Bali karena delapan hotel bintang lima mewah lainnya di kawasan ini hanya menjadi lokasi penginapan para Kepala Negara. Pada level bintang lima masing-masing hotel sebenarnya sudah memiliki keindahan dan kemewahan masing-masing. Namun The Apurva Kempinski Bali membawa kemewahan hotel bintang lima setingkat lebih lanjut yang jelas membedakannya dari hotel lainnya yang ada di kawasan ini.
Resmi dibuka pada tanggal 1 Februari 2019, The Apurva Kempinski Bali pasti akan memberikan rasa kagum pada setiap tamu saat pertama menginjakkan kaki ke area lobby. djakarta.id belum lama ini berkesempatan berbincang dengan Danti Yuliandari atau akrab disapa Mba Danti, Director of Marketing Communication The Apurva Kempinski Bali, seputar berbagai hal yang membuat The Apurva Kempinski Bali begitu berbeda.
Setiap tamu yang pertama kali mengunjungi The Apurva Kempinski Bali akan berkesan “Wow”. Apakah memang dimaksudkan begitu?
The Apurva Kempinski Bali merupakan proyek kebanggaan dari pemiliknya, dan oleh karena itu harus menjadi sesuatu yang luar biasa. Experience tamu berawal dari saat pertama kali menginjakkan kaki di hotel, dan ritual kedatangan menjadi faktor yang sangat penting, dan lobby adalah salah satu elemennya. Filosofi The Apurva Kempinski Bali berbasis pada Indonesia secara menyeluruh dan fondasinya ada pada masa Majapahit yang menyatukan Indonesia pada abad ke 14-16. Dari awal pembangunannya, The Apurva Kempinski Bali sudah berbasis pada Indonesia yang dibalut dengan craftmanship dan kemewahan dari Kempinski sebagai hotel bintang lima.
Tetapi kalau hanya mengenal Indonesia pada permukaan, tidak akan ada bedanya dengan hotel bintang lima lainnya. Agar berbeda, kita bicara mengenai tiga hal:
Sebaliknya apa kesan yang seharusnya tamu bawa pulang ketika check-out dari The Apurva Kempinski Bali?
Kalau bicara dari sisi hotel bintang 5 bisa saja luxury experiences dari awal sampai akhir, timeless memorable experiences, tapi bukan itu saja. Selain itu kami ingin memberikan edukasi mengenai kekayaan Indonesia. It's a place to learn more about the culture, heritage, serta filosofi Indonesia. Bukan hanya pengetahuan dari sisi permukaan, tapi lebih dalam lagi. Lobby misalnya, dari tahun ke tahun kita ingin membentuk sebagai museum, sedikit demi sedikit kita treat semacam outdoor museum lah. "Lady in Red" (semacam Brand Ambassador) kami akan menjelaskan filosofi dari gebyok ini, makna dari masing-masing artefak, atau makna dari candi Candra Sengkala. Ibarat "It's A Living Museum of Indonesia"!
Mengapa The Apurva Kempinski Bali diberi julukan sebagai Majestic Open Air Theatre?
Karena visi dari Kempinski secara umum adalah “we deliver beautiful performances”. Kempinski sendiri adalah jenama yang tidak banyak propertinya , tapi lebih merupakan koleksi dari properti-properti individual. Dalam arti begini, di masing-masing benua ada properti yang memiliki ciri khas sendiri, berdasarkan tujuan di masing-masing benua itu. Setiap properti di Kempinski adalah sebuah panggung, bukan sekedar tempat untuk menginap, tapi panggung untuk perform by our team members, juga perform kolaborasi dengan partner untuk showcasing their talent. Oleh karena itu pilar Kempinski ada Craftmanship, Heritage, Art, dan Culture. Majestic Open Air karena hotel ini memiliki area terbuka yang besar, dan theatre karena bukan hanya hotel tapi kembali place to deliver beautiful performances by our team member dan para partner yang berkolaborasi bersama.
Mengapa interior The Apurva Kempinski sepertinya lebih mencerminkan elemen Jawa?
Yang benar adalah mencerminkan Indonesia. Kembali lagi karena Majapahit, terutama seperti di lobby, kebesaran Majapahit itu adalah kombinasi kebudayaan dari Jawa dan Bali, yang tercermin dalam gebyok yang ada di lobby. Ada yang batik kawung dari Jawa, yang ukiran-ukiran halus dari Bali.
Tapi dari sisi arsitektur, juga dari sisi 600 pengukir yang berasal dari Jepara, dan dari sisi filosofi yang sesuai kebudayaan Jawa, makanya dinamakan Pendopo Lobby. Tapi bukan hanya Jawa, elemen Indonesia semua tercampur. Dari sisi arsitektur lebih ke Bali, di mana iconic grand staircase berasal dari Panca Mahabutanya Bali dan juga filosofi dari Terasering khas Bali dan juga Pura Besakih. Itu elemen arsiktektur yang memang khas Bali. Tetapi di Lobby sendiri adalah perpaduan Jawa dan Bali.
The Apurva Kempinski sudah berumur tiga tahun, bahkan mba Mba Danti sudah bergabung sejak lima tahun lalu dalam pre-opening team. Apa yang berubah, apa yang tetap?
Sebenarnya tidak ada yang berubah, tapi lebih diperdalam. Karena sejak pembukaan the foundation is very strong. Kami mengedukasi tamu dan juga non-tamu untuk lebih paham mengenai kebudayaan Indonesia. Tapi anglenya berubah dari tahun ke tahun. Awalnya hanya pada permukaan mengenai kerajaan Majapahit yang menyatukan Indonesia dan juga tentang experiences yang kami bawa berdasarkan certain legacys dari Majapahit. Contohnya jamu dan spa yang konsepnya dari Serat Centhini.
Kemudian pada tahun 2020-21 saat memasuki pandemi, kampanyenya berbeda lagi, yaitu "Celebrating Diversity". Masih membicarakan Indonesia, tapi lebih fokus ke elemen masing-masing session. Contohnya adalah spa yang berdasarkan 4 stages of life, atau di semua dining venue kita masukan unsur sustainability.
Kemudian pada tahun 2022 ini lebih dalam lagi, kampanyenya adalah "Unity in Diversity" dan fokus pada 7 pulau besar di Indonesia, mulai Sumatra, Nusa Tenggara, Jawa, Kalimantan, Sulawesi, dan berakhir di Maluku dan Papua.
Di mana tidak hanya dari sisi program atau guest experiences yang transform, tetapi kami berkolaborasi dengan banyak ahli atau mereka yang mempunyai visi yang sama. Contohnya adalah fashion designer dari masing-masing daerah. Seperti tanggal 3 September 2022 ada Selebrasi Kalimantan dengan Franklin Firdaus, fashion designer yang berasal dari Kalimantan, terus setelah itu dengan Dwi Iskandar yang berasal dari Sulawesi. Selain itu jug aada kolaborasi dengan Grand Piano SR 1928 bersama Aksan Sjuman dan Raul Renanda. Juga kolaborasi dengan Institut Seni Indonesia, dengan Bali Culinary Pastry School, serta Sumbawa Hospitality Foundation.
Bagaimana dampak pandemi untuk The Apurva Kempinski?
Memang saat pandemi bisnis terdampak, namun Apurva mengambil strategi dari sisi business development dan sisi operasional. Seluruh properti tetap kami maintain walaupun tidak ada tamu. Bahkan restoran tetap buka agar orang tetap bisa datang dan enjoy. Kami bisa dikatakan tidak pernah tutup. Hanya selama sekitar 1 bulan pada bulan April - Mei 2020 kami harus menggelar pelatihan untuk program baru Kempinski White Gloves Service yang merupakan comprehensive standard untuk service saat pandemi. Setelah itu kami buka lagi dan tidak pernah tutup. Itu dari sisi operasional.
Dari sisi business development, hubungan baik dengan partner maupun media tidak pernah putus. Ada beberapa program dari sisi branding yang melibatkan partner B to B atau B to C. We keep that agar branding Apurva tetap ada dengan partner kami.
Adakah yang baru di Apurva Kempinski pada tahun 2023?
Saat ini belum belum ada yang baru. Fondasi program tahun 2023 tetap programnya based on Unity in Diversity dengan penekanan lebih pada sustainability.
Mba Danti mendapat penghargaan sebagai salah satu wanita paling berpengaruh dalam industri hospitality di Bali. Apakah itu suatu penghargaan atau tantangan?
Dua-duanya lah. Penghargaan berarti hasil karya saya memang diakui bukan hanya secara internal namun juga oleh orang luar. Sementara tantangannya adalah bagaimana menjaga branding tetap berada di atas dan berbeda, dan juga bagaimana membuat team saya selalu keep that positive spirit dan bersama-sama mencapai visi itu. Jadi penghargaan dan tantangan.
Sepertinya wanita lebih dominan di posisi strategis Public Relation Hospitality?
Kalau dilihat di Bali memang sepertinya lebih banyak wanita di posisi strategis PR Hospitality. Tapi sebenarnya pria pun bisa berperan di dunia PR Hospitality. Mungkin plus point untuk wanita adalah bisa lebih menggabungkan dua energi, yaitu Yin dan Yang. Dari sisi leadership energi Yin kan lebih dominan, dan Yang adalah bagaimana menjalin hubungan. Di sana ada energi feminin, bagaimana energi untuk mengerti dan mendengarkan. Kadang-kadang komunikasi dan relasi itu all about mendengarkan kan. Tentu tidak menutup kemungkinan pria bisa seperti itu, tapi wanita sepertinya lebih mudah multitasking dan bisa menggabungkan dan menyeimbangkan dua energi ini.
Pernah trending ucapan mantan presiden yang mengatakan bahwa wanita harus bisa masak? Mba Danti bisa Masak?
Sebenarnya subyektif, tergantung masing-masing. Tapi untuk saya pribadi sebagai ibu dan istri bisa membedakan peran. Di kantor saya memimpin team saya, berbeda di keluarga dan juga dengan anak-anak. Jadi untuk saya adalah bagaimana membuat happy semua. Jadi untuk menyeimbangkan semua peran itu kita harus tahu apa yang disukai oleh keluarga. Dari sisi family time lah, dari sisi masak lah. Buat saya sendiri apa yang membuat kita menyatu kalau kita ngobrol, quality time, adalah makanan. So jawaban saya, saya memang masak, show my efforts to my family, bukan hanya show my efforts to the company I work with, to make my family happy through quality with food. Ya kadang memang beli, tapi mostly pagi-pagi sebelum kerja saya masak. Walaupun umumnya ya simple dishes.
Masih suka ikut lari Marathon?
Suka lari dan berenang, tapi bukan lari marathon lagi. Itu pun waktu itu hanya half marathon. Sebenarnya pernah terpikir untuk ikut full marathon, tapi kemudian berubah pikiran, tidak berani dan buat apa.
Mba Danti punya moto hidup, dan di mana karier Mba Danti 5 tahun lagi?
Saya selalu teringat moto dari Bill Marriot, pendiri Marriot Group, yaitu "Success is never Final". Ini yang saya jadikan pedoman bahwa sukses memang tidak ada habisnya. Pada saat kita meraih sesuatu, kita harus meraih sesuatu lain yang lebih besar dari yang sudah kita raih, karena its never final, tidak ada ending. Kita bisa menghargai momen saat kita sukses, tetapi then we have to think apa yang kita bisa lakukan lagi. Pedoman ini yang selalu stick with me.
Karier saya nanti lima tahun lagi? . . Succcessful entrepreneur yang bergerak di bidang branding and marketing. Cita-cita lama yang entah kapan bisa terwujud.
Terima kasih mba Danti, semoga sukses yang tidak pernah berakhir!