Dalam rangka memeriahkan Wonderful Indonesia Culinary & Shopping Festival, Grand Indonesia bekerjasama dengan Dekranasda Provinsi DKI Jakarta mempersembahkan Pameran Karya Perajin Dekranasda Provinsi DKI Jakarta di area railing Pandawa – West Mall lantai 3 mulai tanggal 7 Oktober – 3 November 2019. Mengusung tema produk lokal yang ramah lingkungan, pameran ini menjual berbagai macam produk lokal kerajinan tangan yang terdiri dari fashion, aksesoris, dan home decor.
“Dalam kesempatan kali ini kami memang sengaja mengkurasi para perajin yang menjual produk dari bahan-bahan daur ulang, seperti misalnya dari kain bekas, kertas bekas, kayu bekas dan lain sebagainya. Selain itu kami juga menyarankan penggunaan kantong belanja yang ramah lingkungan untuk menggantikan plastik yang akan diberikan kepada customer yang berbelanja. Hal ini kami lakukan untuk terus mengkampanyekan gerakan untuk gaya hidup yang berkelanjutan dengan mengurangi penggunaan plastik”, tutur Dinia Widodo selaku Manager Public Relations Grand Indonesia.
Para peserta pameran dibagi menjadi 2 sesi yaitu pada tanggal 7 – 20 Oktober 2019 serta 21 Oktober – 3 November 2019. Untuk sesi pertama terdiri dari Nagina Art Decor, Kreasi Menik, Alini, Kurafutoqu, dan Shaka Karya Miniatur. Sementara di sesi kedua akan terdapat Sanggar Kaleng, Rynde Craft, Krafty Crafts, Pilin Craft by Riries, dan Artrock Design Masing-masing mempunyai daya tarik dan cerita unik dibalik ide awal dan proses pembuatan produk-produk yang dijual.

Krafty Crafts misalnya, berawal dari hobi ibu dan anak dalam membuat kerajinan tangan boneka berbahan kain, mereka sampai mempelajari berbagai macam tipe boneka dari mancanegara yang pada akhirnya mereka aplikasikan dalam produk mereka dengan secara detail memperhatikan semua ekspresi dan aksesoris di setiap boneka. Produk ini sangat ramah lingkungan karena menggunakan bahan katun dan wool yang sebagian besar berasal dari limbah kain katun dan batik tulis.
Serupa namun tak sama dengan Krafty Crafts, Kurafutoqu yang namanya diambil dari bahasa Jepang yang berarti kerajinanku, menggunakan kain perca dari bahan bekas daster atau kain batik sebagai bahan dasar. Produknya berupa tas, sarung bantal, dompet dan lain sebagainya. Selain itu juga terdapat Alini yang merupakan salah satu pengrajin produk lokal yang menggunakan bahan dasar limbah kain sebagai bahan utamanya. Alini menjual produk berupa aksesoris yang semua produknya menggunakan bahan dasar kain perca.
Lain halnya dengan Kreasi Menik, sang pemilik mengawalinya dengan mengikuti pelatihan daur ulang kertas. Kemudian mulai mempraktekkannya dengan membuat kerajinan tangan dari bahan kertas daur ulang dan menjajakannya di kalangan terbatas. Produk tersebut diterima dengan sangat baik sampai meraih beberapa penghargaan di tingkat provinsi. Pengrajin lain yang menggunakan bahan dasar serupa yaitu Rynde Craft juga menjual berbagai kerajinan tangan seperti wadah, hiasan dinding serta aksesoris berbahan dasar daur ulang kertas dan koran bekas.
Nagina Art Decor dan Artrock Design adalah dua pengrajin yang menjual berbagai macam produk kerajinan tangan berbahan dasar limbah kayu. Nagina Art Décor menjual produk berupa tali ID card, tas, dompet, keranjang, hiasan dinding, karpet, alas makan dan magnet kulkas. Sementara Artrock Design menjual produk home décor & living yang kesemuanya berbahan dasar limbah kayu.
Cerita lain dari Pilin Craft by Riries, berawal dari pembuat kerajinan manik-manik sampai dengan kerajinan tangan dari bahan-bahan bekas atau limbah, seperti daun atau bunga kering yang dijadikan aroma therapy, kulit jagung dan sebagainya. Lalu pada tahun 2017, Pilin Craft memutuskan untuk fokus pada kerajinan tangan berbahan dasar karung goni. Variasi produknya mulai dari aneka tas dan dompet yang hiasannya dapat dilukis, ecoprint sampai mengkombinasikan jeans bekas. Tak hanya sampai disitu, Pilin Craft juga memproduksi sepatu yang bahan utamanya sisa goni dan kain perca dimana pewarnaannya menggunakan sisa dedaunan yang juga dijadikan pupuk cair.
Sanggar Kaleng juga termasuk salah satu peserta pameran yang mengaplikasikan painting emboss di atas kaleng. Dimana cara ini merupakan yang pertama di Indonesia, karena belum pernah ada sebelumnya.
“Dengan beragam cerita dan keunikan dari para peserta, diharapkan dapat menjadi daya tarik tersendiri dan menginspirasi kita semua bahwa sebenarnya di sekitar kita banyak terdapat barang yang dapat diolah yang nantinya juga bisa menghasilkan sesuatu” tutup Dinia Widodo selaku Manager Public Relations Grand Indonesia.
Mencintai produk dalam negeri adalah suatu keharusan bagi setiap warga Negara, karena siapa lagi yang akan memajukan ekonomi suatu Negara selain warga Negaranya itu sendiri. Marilah kita dukung produk lokal kita supaya bisa lebih maju dan berkelanjutan.
Posting komentar