Rumah Luwih menghadirkan kemewahan gaya kolonial di tepi Pantai Lebih
Rumah Luwih berlokasi di Gianyar. Tapi jangan buru-buru membayangkan sebuah properti dengan pemandangan bukit dan sawah, layaknya di area Ubud. Gianyar memang tidak hanya hanya mencakup Ubud, namun di sisi timur juga memiliki wilayah pantai. Di sanalah berlokasi Rumah Luwih, sebuah beach resort mewah di pantai Lebih, Gianyar. Gaya arsitektur Rumah Luwih memang unik dibandingkan mayoritas properti di Bali, karena bergaya kolonial dan terinspirasi dari Istana Taman Ujung yang megah yang terletak di Karangasem. Merupakan tempat kediaman para raja dan bangsawan, istana air ini termahsyur dengan arsitekturnya yang memadukan aspek-aspek dari kolonial Belanda dengan kecantikan budaya Tionghoa dan Bali. Kemegahan tersebut kemudian menjadi dasar dari desain keseluruhan Rumah Luwih yang dirancang oleh arsitek terkemuka Hadiprana.
Terletak di pantai timur Bali yang belum terjamah, Rumah Luwih memiliki pemandangan terbuka ke laut lepas Samudra India dan pulau Nusa Penida. Dari ubin klasik zaman Belanda, barang-barang antik yang dikurasi, mebel kayu jati dan penggunaan sutra indah, setiap detail dari Rumah Luwih dirancang untuk menciptakan perasaan intim, seakan pulang ke rumah nenek sendiri. Rumah Luwih memiliki 75 kamar termasuk tiga suite. Untuk kenyamanan, setiap ruangan mempunyai area kamar yang luas, mulai 40 hingga 200 meter persegi.
Prabanggana Deluxe room menawarkan 40 meter persegi kemewahan dengan pemandangan indah dari Samudera Hindia atau taman Luwih yang hijau. Sementara ruangan Arnawakanta Junior Suite menempati 50 meter ruangan megah dengan berbagai fasilitas mewah untuk memanjakan tamu termasuk bak mandi untuk berendam dengan pemandangan laut lepas. Sedangkan untuk keluarga yang lebih besar, Segara, Giri dan Aruna Suite menawarkan tempat yang lebih anggun dengan luas kamar sebesar 100-200 meter persegi, yang meliputi ruangan kamar serta balkon pribadi yang luas menghadap samudra.
Untuk perjamuan makan dan minum, ruang makan utama Andrawina Restraurant menawarkan pengalaman bersantap ala bangsawan di restoran bergaya kolonial. Sarapan, makan siang dan makan malam dapat dinikmati di ruang makan yang mewah atau di selasar tepi kolam renang. Sebagai andalan, Andrawina menyajikan berbagai hidangan Peranakan atau juga dikenal dengan istilah kuliner “Nonya”. Kuliner ini dibawa oleh para imigran Tionghoa yang bermukim di wilayah Penang, Malacca, Singapura dan Indonesia, dan nikah dengan warga lokal. Perbauran budaya ini juga berdampak pada sisi kuliner dengan terciptanya hidangan khas baru Peranakan.
Resor yang menempati lahan hijau seluas 3,1 hektar ini juga bisa digunakan untuk berbagai acara seperti penikahan, fashion show atau peluncuran. Rumah Luwih Ocean Chapel yang memiliki pemandangan laut bisa digunakan untuk tempat perkawinan yang intim yang dapat menampung sekitar 50 orang tamu.
Posting komentar