Tiga label menggambarkan keragaman dan perbedaan menjadi sebuah persembahan karya terbaik pada Jakarta Fashion Week 2018
Tiga label yang terdiri dari Avenue A, Yogiswari Pradjanti, dan Gee Batik mengangkat tema Origindiversity untuk menggambarkan keragaman dan perbedaan yang mencolok dalam berkarya menjadi sebuah persembahan karya terbaik saat dipresentasikan di atas papan peraga dalam ajang mode di Fashion Tent, Jakarta Fashion Week 2018 pada Minggu, 22 Oktober 2017.
ODE TO THE EARTH : Avenue A by Luthfi Madjid
Luthfi Madjid, perancang yang telah dua puluh tahun bermukim di New York dan akan menghabiskan waktu setahun ke depan untuk berkarya di Indonesia ini, memilih busana siap pakai dalam mengekspresikan gagasan modenya di bawah label Avenue A yang berkarakter modern urban dan mempunyai gaya sendiri.
Avenue A digolongkan ke dalam rancangan yang mengandalkan kekuatan konstruksi pakaian, teknik jahit serta detail dan sama sekali meninggalkan unsur dekoratif seperti payet, renda, manik, dan kristal dalam desain. Pilihan rancangan ready-to-wear beranjak dari keinginan Luthfi untuk memberikan rasa nyaman dalam berpakaian di tengah kegiatan keseharian kaum urban. Dua puluh lima set koleksi kapsul Ode to the Earth lahir dari rasa tenang yang diresapi sang Perancang saat menikmati panorama keindahan alam dari balik jendela kamar kediamannya di Bandung.
“Bukan hanya warna alam seperti warna tanah, indigo, hijau, biru, putih tetapi bentuk organis benda di alam seperti lekuk, gelembung, juga merangsang ino’ra dan menjadi unsur yang saya masukkan ke dalam koleksi Ode to the Earth, “jelas Luthfi tentang inspirasinya.
Luthfi sendiri menggolongkan koleksi Avenue A sebagai busana Gender Bender, istilah lain dari unisex, yang membuat seluruh pakaian ciptaannya bisa dikenakan semua jenis kelamin dengan rentang usia yang lebar. Karena itu, baik peragawan maupun peragawati ditampilkan mengenakan baju dari siluet yang sama berbahan chambray, katun, denim, khaki, dan organza.
Cara pakai busana yang unik juga bisa menjadi faktor yang menarik untuk ditilik. Seperti sebuah kemeja, tidak melulu harus dipakai dengan kancing di depan. Adanya tambahan kancing di sisi melahirkan bentuk baru dari kemeja yang dibalikkan.
Alas kaki bermodel sepatu sandal koleksi UJ Yuna melengkapi penampilan koleksi Avenue A yang hadir dalam terusan, kemeja, blus tanpa lengan, baju bertudung, celana palazzo, celana 7/8 hingga sernacam celana galembong.
Luthfi mengharapkan penikmat kreasinya melebar ke Tanah Air, meski di New York telah memiliki pelanggan tetapnya sendiri.
CERITA PARA NYONYAH : Yogiswari Pradjanti
Ilustrasi dua dimensi yang dicetak secara digital multi warna di atas bahan poliester dan katun, menjadi identitas karya Yogiswari Pradjanti dalam menyampaikan ide modenya. Gambar-gambar berkarakter naif itu bertutur tentang kegiatan para ibu muda perkotaan, yang senang melanglang buana, namun tak kehilangan jati dirinya sebagai wanita Indonesia.
“Saya Ingin menggambarkan ibu muda, yang saya sebut nyonyah, yang gemar traveling tapi tetap dalam gaya keindonesiaannya. Gaya traveling juga saya terapkan pada pemilihan bahan dan potongan baju yang ringan”, jelas Yogiswari tentang idenya.
Maka lahirlah ilustrasi wanita bergelung konde sambil menggendong bakul jamu dengan latar belakang menara Eiffel di Perancis, atau perempuan berkebaya naik sepeda di depan kincir angin di Belanda. Ada juga gambar wanita berpakaian ala Patung Liberty di Amerika namun motif yang dikenakannya batik kawung. Tidak hanya di luar negeri, dengan latar belakang candi pun ada.
Masih dengan gaya ilustrasi yang sama, si nyonyahjuga ditampilkan dengan berbaris-baris dalam ukuran mini hingga membentuk motif baru di atas bahan. Yogiswari juga menambahkan tindasan benang di atas busana berbahan katun untuk mengayakan motif.
Aura santai dan kasual tergambar saat peragawati melenggok dan menjadi si nyonyah yang membawakan enam belas set busana siap pakai dengan siluet longgar, mulai dari terusan, blus pendek, celana 3/4, celana 7/8, hingga kaftan. Dihadirkan dalam warna primer dan sekunder seperti biru, hijau, kuning, dan merah, juga ikut mendukung keceriaan kegiatan para ibu muda saat bepergian.
Penampilan keseluruhan persembahan menjadi semakin cantik dengan imbuhan aksesori anting tasel buatan Paramita by Sofia, sunglasses dptaan Kabau Art Shades yang bingkainya terbuat dari kayu, serta sepatu sandal dari UJ Yuna yang penuh warna.
AKSARA : Gee Batik by Sugeng Waskito
Aksara Jawa memiliki daya tarik besar bagi Sugeng Waskito, perancang busana lulusan Sekolah Institut Indonesia asal Jogjakarta, untuk diangkat menjadi tawaran koleksi terbaru dari label yang dimilikinya sejak 2008, Gee Batik. Ini upaya Sugeng untuk mengangkat budaya Indonesia, khususnya Jawa, ke dalam koleksinya. AKSARA juga dijadikan tajuk bagi keenam betas gaun-gaun malam Gee Batik yang dipersembahkan di atas panggung peragaan di ajang Jakarta Fashion Week 2018 pada Minggu, 22 Oktober 2017.
“Saya memilih material batik karena saya tidak hanya ingin membuat suatu rancangan clan model bajunya saja tap/ sekaligus materialnya. Rasanya akan beda menampilkan sesuatu rancangan keseluruhan berasal dari ide seno’in yang merupakan upaya saya dalam melestarikan budaya, dan menunjukkan bahwa batik bisa ditampilkan dalam bentuk yg beda.’: tandas Sugeng tentang koleksi yang berbahan dasar Batik itu.
Busana malam yang seluruhnya gaun menggunakan siluet A, terusan tent, dengan motif klasik dan kontemporer di atas bahan sutra super berwarna gelap untuk memberi kesan elegan dan “jatuh’ ketika dikenakan. Untuk membangun koleksinya menjadi sempurna, Sugeng yang pernah menerima penghargaan Siddhakarya (2012) dan Paramakarya (2013) dari pemerintah dan kerap memenuhi undangan peragaan busana dan pameran di luar negeri seperti London, Dubai, dan China itu , mendapat dukungan sepatu dari Lina Shoes dan tata rambut oleh Hendro.
Posting komentar