Food & Beverage Bali!

Restoran IWA di Hotel Tugu Bali Mempersembahkan “The Spice Odyssey”

Sebuah Kapsul Waktu Perjalanan Kuliner Menjelajahi Kepulauan Rempah Legendaris Indonesia

HOTEL Tugu Bali dengan bangga mempersembahkan pengalaman bersantap budaya terbarunya: The Spice Odyssey — sebuah perjalanan gastronomi teatrikal yang membenamkan para tamu dalam sejarah kepulauan Indonesia yang kaya dan penuh warna melalui hidangan, pertunjukan, dan penceritaan.

Memadukan kuliner, budaya, dan sejarah, The Spice Odyssey dirancang sebagai pengalaman bersantap dan pertunjukan yang imersif — sebuah kapsul waktu hidup yang menelusuri perjalanan rempah Indonesia melintasi empat era yang berbeda. Para tamu dibawa dari asal-usul mistis tanaman suci, ke zaman keemasan kerajaan dagang yang kuat, ke dalam perjuangan dan bayang-bayang penjajahan, dan akhirnya menuju masa depan kuliner Indonesia yang berani dan mendunia.

Setiap babak perjalanan ini terbentang sebagai pesta sekaligus pertunjukan, di mana resep-resep warisan diinterpretasikan kembali menjadi pengalaman bersantap teatrikal. Rempah-rempah menjadi pusat perhatian bukan hanya sebagai Bukan hanya sebagai bahan baku, tetapi juga sebagai simbol kekuatan, keyakinan, dan ketahanan — menjalin memori budaya selama berabad-abad. Lebih dari sekadar santapan, The Spice Odyssey mengajak para tamu untuk menyelami sejarah itu sendiri, menikmati cita rasa yang membawa kisah dari generasi ke generasi dan semangat abadi nusantara.

Kisah ini dimulai pada milenium pertama SM, ketika rempah-rempah lebih dari sekadar bahan baku — rempah-rempah adalah anugerah suci dari bumi. Masyarakat kepulauan menggunakannya dalam ritual untuk menghormati kehidupan, kematian, panen, dan penyembuhan, memperlakukan setiap akar, daun, dan benih dengan penuh hormat. Hubungan sakral dengan alam ini akan dihidupkan melalui Tari Kipas Pakarena dari Sulawesi Selatan, sebuah tarian anggun yang melambangkan harmoni antara manusia dan alam.

Pada abad ke-7 hingga ke-15 Masehi, para pedagang dari Persia, Gujarat, dan Arab tiba, mengubah pelabuhan-pelabuhan Indonesia menjadi persimpangan budaya yang semarak. Rempah-rempah menjadi simbol kemakmuran, keyakinan, dan persatuan, menyatukan tradisi dari negeri-negeri jauh dengan warisan lokal. Era keemasan ini akan tercermin dalam Tari Tortor dari Sumatera Utara, sebuah tarian doa, rasa hormat, dan kerukunan antarumat beragama.

Dari abad ke-16 hingga awal abad ke-20, era penjajahan membawa perebutan kendali yang sengit atas harta karun berharga ini. Sementara kekuatan asing mengklaim perdagangan, masyarakat melestarikan identitas mereka di dapur — menggunakan makanan sebagai tindakan perlawanan yang tenang, dengan cita rasa yang membawa kisah-kisah tersembunyi tentang bertahan hidup. Semangat ketahanan ini akan ditangkap dalam Tari Topeng dari Jawa, di mana setiap topeng menceritakan kisah tentang identitas dan perlawanan yang tersembunyi.

Di abad ke-21, perjalanan ini berlanjut dalam babak baru yang berani, di mana resep tradisional bertemu dengan teknik modern, dan cita rasa nusantara dibayangkan kembali untuk dunia. Warisan rempah-rempah Indonesia tetap hidup — tidak hanya dikenang, tetapi dirayakan dan dibagikan dengan bangga.

Pengalaman imersif ini melengkapi rangkaian tradisi kuliner budaya Hotel Tugu yang merayakan keragaman warisan Indonesia:

Megibung dari Bayung Gede
Pesta Bali yang eksotis dari desa kuno Bayung Gede, yang dulunya hanya diperuntukkan untuk upacara kerajaan dan pertemuan desa. Para tamu duduk dalam barisan panjang tanpa kursi, dari yang tertua hingga yang termuda, mengenakan pakaian adat, berbagi hidangan berlimpah dari satu hidangan. Masih dilestarikan hanya di beberapa sudut Bali, Megibung mencerminkan filosofi Bali tentang persatuan, kesetaraan, dan kebersamaan.

Grand Rijsttafel
Sebuah replika megah “meja nasi” era Kolonial, yang dulu dirayakan oleh para penguasa perkebunan Belanda untuk tamu kehormatan mereka. Di Tugu, pesta ini digelar di Museum Bale Puputan, yang dihiasi dengan memorabilia kerajaan dari perang Puputan. Para pelayan berseragam elegan menyajikan resep pusaka yang diwariskan turun-temurun, menampilkan kekayaan keragaman masakan Indonesia.

Royal Tugudom
Sebuah pertunjukan teatrikal yang menceritakan kembali ekspedisi kerajaan Raja Hayam Wuruk dari Majapahit. Para pelayan memamerkan hidangan istana yang mewah di samping hidangan pesisir yang sederhana, di tengah dedaunan eksotis dan bunga kamboja. Pertunjukan ini menangkap kemegahan kerajaan Majapahit, ketika prosesi kerajaan dahulu melintasi pulau dengan berjalan kaki, kereta, kuda, dan gajah.

Kerajaan Bali
Pesta kerajaan yang intim di dalam Bale Puputan, dibangun untuk menghormati para pahlawan Bali dalam Perang Puputan. Para tamu bersantap di meja marmer terbesar di negara ini dari abad ke-19, yang dulunya milik jenderal Belanda terakhir di Bali, dikelilingi oleh pusaka, patung, dan harta karun keluarga kerajaan. Setiap hidangan, yang diolah dari resep-resep wanita bangsawan istana, merupakan warisan kuliner sekaligus sejarah.

Waroeng Tugu
Sebuah perjalanan ke dalam kehidupan sehari-hari rumah tangga Jawa dan Bali. Waroeng Tugu menciptakan kembali kehangatan dapur keluarga dan gubuk desa dengan resep-resep warisan, bumbu-bumbu yang semarak, dan ritual-ritual kuno. Lebih dari sekadar bersantap, Waroeng Tugu adalah jendela ke dalam jiwa tradisi Indonesia yang sederhana namun kaya rasa.

Selamatan Jaranan
Salah satu tradisi paling meriah di Jawa Timur, “Selamatan” berarti perayaan, yang diadakan untuk acara-acara bahagia seperti ulang tahun atau khitanan. Puncaknya adalah tarian Jaran Kepang — menunggang kuda bambu dalam suasana trance dan memukul cambuk rumput mengikuti irama gamelan. Di Tugu, hal ini berlangsung di Waroeng Tugu dengan meja makan panjang bergaya pedesaan, piring terakota, dan cahaya lampu minyak kelapa, yang membenamkan para tamu dalam perayaan pedesaan Jawa.

Dengan The Spice Odyssey, Tugu Hotels melanjutkan misinya untuk melestarikan, menghormati, dan merayakan jiwa budaya Indonesia — bukan hanya sebagai pengalaman bersantap, tetapi juga sebagai perjalanan melintasi sejarah, warisan, dan cita rasa. Dan ini hanyalah salah satu dari sekian banyak pengalaman bersantap budaya yang menanti di Tugu. 

Penghargaan yang Hidup
“The Spice Odyssey” bukan sekadar makan malam. Ini adalah arsip hidup masa lalu Indonesia dan perayaan masa depannya — di mana setiap rempah menyimpan kisah, dan setiap hidangan menjadi wadah kenangan. Dari hutan keramat hingga pelabuhan yang ramai, dari perlawanan yang tenang hingga pengakuan internasional, perjalanan ini menghormati jiwa abadi nusantara — semangat yang terus mewarnai dunia.

Tentang Restoran IWA
Terletak di dalam cagar budaya Hotel Tugu Bali, Restoran IWA didedikasikan untuk melestarikan warisan kuliner Indonesia melalui penceritaan, penyajian yang artistik, dan kedalaman sejarah. Dengan “The Spice Odyssey”, IWA melanjutkan misinya untuk merayakan semangat Nusantara melalui narasi kuliner yang tak terlupakan.

Makan malam pertunjukan budaya setiap Kamis, pukul 19.30

Restoran IWA di Hotel Tugu Bali, Canggu
bali@tuguhotels.com | +62 813 3702 0904
www.tuguhotels.com