Satelit Nusantara Tiga dan Thales Alenia Space Menandatangani Perjanjian Pekerjaan
PT Satelit Nusantara Tiga (SNT) dan Thales Alenia Space (TAS) pada 3 September 2020, perancang dan pabrikan SATRIA yang berasal dari Perancis, menandatangani Preparatory Work Agreement (PWA) proyek Satelit Mutifungsi Republik Indonesia SATRIA. PWA ini menandai kesepakatan antara Konsorsium PSN dan Thales Alenia Space untuk memulai pekerjaan persiapan pembangunan satelit terkait dengan Proyek Satelit Multifungsi SATRIA. Menteri Komunikasi dan Informatika Republik Indonesia, Johnny G. Plate, turut hadir menyaksikan penandatanganan yang dilangsungkan dengan video conference antara Jakarta dengan Paris tersebut.
Dengan ditandatanganinya perjanjian pekerjaan persiapan ini, maka para pihak terkait dapat segera memulai pekerjaan pembuatan satelit SATRIA dengan mencakup 2 kegiatan pokok, yaitu: Pertama, melakukan tinjauan kebutuhan muatan sistem satelit (Payload System Requirement Review/Payload SRR), yang merupakan penyesuaian desain satelit apakah sudah sesuai dengan user requirement. Kedua, melakukan tinjauan status kualifikasi komponen satelit (Equipment Qualification Status Review/EQSR) yang merupakan tinjauan tentang apakah komponen-komponen satelit yang akan dibangun sesuai kualifikasi yang dipersyaratkan.
PWA ini akan memastikan bahwa pembuatan satelit dapat dilaksanakan tepat waktu pada saat kontrak KBPU dan perjanjian pembiayaan akan mulai efektif. Bahkan dimungkinkan selesainya konstruksi satelit lebih awal dari jadwal yang direncanakan sebelumnya.
Pada tanggal 3 Mei 2019 telah dilaksanakan penandatanganan Perjanjian Kerjasama, Perjanjian Penjaminan, dan Perjanjian Regres Proyek KPBU SATRIA, namun ketiganya belum bisa berlaku efektif karena belum terjadi financial close dari lembaga pembiayaan untuk proyek ini. Oleh sebab itu, sebagai bentuk komitmen Konsorsium PSN terhadap proyek SMF, Konsorsium PSN bersedia untuk memulai pembangunan satelit walaupun fasilitas pembiayaan melalui bank-bank internasional dan perusahaan pembiayaan multilateral sedang dalam tahap finalisasi. Dengan inisiatif Konsorsium PSN tersebut maka PWA ini kemudian dapat ditandatangani.
Tahapan financial close proyek SATRIA mengalami penundaan akibat imbas dari pandemi Covid-19 yang melemahkan ekonomi dunia. Pembatasan, karantina, isolasi regional, bahkan global memberi pengaruh sangat signifikan pada industri dirgantara (aerospace) termasuk satelit. Kajian yang dikeluarkan oleh Space Tech Expo pada bulan Juli 2020 menunjukkan bahwa pandemi ini memberi efek negatif pada penyelesaian waktu proyek, terganggunya supply chain, dan pengoperasian fasilitas untuk pabrikasi, serta ketersediaan tenaga kerja yang mulai dialami sejak Maret 2020.
Kelangkaan spektrum frekuensi dan slot orbit satelit juga merupakan persoalan tersendiri di tengah kompetisi dunia di mana semua negara berusaha untuk memenuhi konektivitas dan kapasitas untuk kepentingan mereka. Bukan upaya mudah mempertahankan filing satelit yang dimiliki Indonesia saat ini sehingga Pemerintah dan BUP berupaya untuk mengisi dan memanfaatkan slot 146E orbit tersebut untuk menghadirkan sinyal internet pada tahun 2023 di lokasi-lokasi layanan publik seperti sekolah, fasilitas kesehatan, dan kantor desa, dan lain-lain.
“Di tengah pandemi yang mengakibatkan gelombang ketidakpastian ekonomi, keberlanjutan proyek SATRIA ini menunjukkan komitmen dan keseriusan pemerintah untuk melakukan percepatan tranformasi digital sebagaimana diamanatkan oleh Presiden Joko Widodo. Kita yakin bahwa dengan akses telekomunikasi digital yang meningkat dan merata maka di masa pascapandemi nanti kita akan siap memulihkan kembali ekonomi yang lesu saat ini,” harap Menkominfo, Johnny G Plate.
“Semakin cepat SATRIA beroperasi, maka akan semakin cepat konektivitas digital nasional terselenggara. Sebagian dari pengguna kapasitas SATRIA akan menikmati internet untuk pertama kalinya di wilayah mereka. Penyediaan kapasitas satelit sebesar 150Gbps ini merupakan salah satu upaya pemerintah untuk percepatan tranformasi digital Indonesia yang diharapkan akan berdampak positif kepada kedaulatan, akuisisi ilmu pengetahuan, produktivitas, pertumbuhan ekonomi, dan daya saing bangsa yang berkelanjutan,” lanjut Menteri Johnny.
Proyek SMF SATRIA merupakan proyek pembangunan sistem satelit untuk penyediaan akses internet pita lebar (broadband internet access) melalui satelit untuk seluruh wilayah Indonesia. Satelit ini akan dinamai satelit SATRIA dan diharapkan akan menjadi salah satu solusi bagi infrastruktur telekomunikasi Indonesia untuk mengatasi digital gap karena satelit lebih memungkinkan menjangkau seluruh wilayah Indonesia bahkan sampai ke pelosok negeri.
Proyek SMF SATRIA ini dikerjasamakan dalam skema KPBU (Kerja sama Pemerintah dengan Badan Usaha) dengan Kominfo bertindak selaku penanggung jawab proyek kerja sama (PJPK). Pabrikan Proyek KPBU SATRIA adalah Thales yang bermarkas di Perancis sedangkan peluncuran akan dilakukan dengan menggunakan roket Falcon 9-5500 yang diproduksi oleh Space X Amerika Serikat. Thales Alenia Space merupakan perusahaan pembuat satelit ternama yang ditunjuk oleh SNT sebagai kontraktor pembuat satelit untuk proyek SMF.
Konsorsium PSN menunjuk Satelit Nusantara Tiga (SNT) sebagai Badan Usaha Penyelenggara (BUP) terkait proyek Kerjasama Pemerintah dan Badan Usaha (KPBU) Satelit Multifungsi ini. Konsorsium PSN merupakan konsorsium perusahaan-perusahaan dalam negeri, di mana PSN (PT Pasifik Satelit Nusantara”) sebagai salah anggota konsorsium adalah perusahaan satelit swasta pertama di Indonesia yang telah memiliki pengalaman sebagai satelit operator untuk wilayah Indonesia dan Asia selama hampir 30 tahun.
Posting komentar