Movie

The Matriarki Era!

140 Menit Larut dalam Aksi Menegangkan The Shadow Strays

DJAKARTA.ID - Film orisinil Netflix, The Shadow Strays  tampaknya akan menutup tahun 2024 sebagai karya aksi penuh intrik dan darah terbaik dari sutradara Timo Tjahjanto. Pasalnya, dari babak awal hingga terakhir, Timo seolah hanya menyisakan sedikit waktu bagi penonton untuk bernafas. Film The Shadow Strays akan tayang secara global melalui platform streaming Netflix pada tanggal 17 Oktober 2024.

Pada penayanagan perdananya di program Midnight Madness dalam Festival Film Internasional Toronto 14 September 2024 lalu, The Shadow Strays bahkan menerima standing ovation dari penonton dan kritikus yang membanjiri studio pemutaran. Timo, sekali lagi berhasil menyajikan film Indonesia bertema aksi laga di kancah internasional.

Timo juga bercerita alasan dan tujuan pembuatan cerita di film The Shadow Strays yang dihadirkan kepada penggemar sekaligus penonton umum di dunia. Kreator The Night Comes For Us dan The Big 4 ini ingin menceritakan bagaimana sebuah cerita yang membahas kekerasan, aksi, dan laga dari perspektif perempuan.

Saya ingin menceritakan sebuah dinamika antara seorang guru dan muridnya, sengaja saya buat keduanya adalah perempuan. Di film Indonesia, entah kenapa rasanya banyak sekali pendekatan cerita selalu dari perspektif maskulin. Oleh sebab itu, hal ini sebagai challenge bagi saya ketika menyajikan cerita yang keras cenderung ke violent melalui point of view karakter-karakter perempuan,” ungkap Timo.

 The Shadow Strays bercerita mengenai seorang pembunuh bayaran muda bernama “13 (Tigabelas)” yang sedang dalam masa dibebastugaskan oleh sang mentor. Kemudian ia menjalin persahabatan dengan seorang anak laki-laki yang membawanya masuk ke dalam dunia gelap dan perpolitikan keji. Penonton akan diajak larut membantu “13 (Tigabelas)” menyelamatkan sahabatnya dan beradu laga dengan mafia-mafia politik.

The Shadow Strays berdurasi 140 menit jika dihitung tanpa credit title dan dianggap sebagai waktu proporsional dalam menggambarkan beberapa karakter di film ini. Timo menyebutkan bahwa sangat penting sekali membuat karakter-karakter lainnya agar bisa bernafas, dalam artian mereka terasa lived in.

“Walau kami tidak menceritakannya secara langsung, tetapi audiens bisa mengerti keinginan setiap karakter dan melihat sisi lainnya. Hal-hal seperti itu yang kadang membutuhkan waktu untuk diperlihatkan dalam film. Sebagai filmmaker yang mementingkan karakter, bagi saya itu sesuatu yang worth it dan waktu 140 menit ini, bagi saya rasa sangat cukup untuk penonton merasakan karakter-karakter yang ada,” jelas Timo.

Pendekatan Timo dalam kompleksitas karakter-karakter di film juga terlihat dalam berbagai pilihan senjata yang mereka gunakan. Timo secara sengaja memilih berbagai senjata masing-masing karakter berdasarkan profile dan skill mereka. Misalnya tampak dari karakter Soriah (Taskya Namya) yang meledak-ledak dan out of control, digambarkan dengan senjata berupa shotgun.

Karakter Prasetyo yang diperankan Adipati Dolken bisa dibilang sebagai karakter antagonis yang menarik. Ia sangat mengintimidasi tidak secara fisik, namun karena berasal dari golongan dirty cops, ia menggunakan pasukan dan koneksinya. Saya tidak memberikan senjata apapun buat dia,” lanjut Timo.

Adipati pun menimpali apa yang diutarakan Timo mengenai karakter Prasetyo sebagai polisi korup yang menjalankan tugasnya untuk kepentingan pribadi dan golongannya. 

Prasetyo juga punya gejolak perasaan yang sangat mendalam. Hubungan Prasetyo dengan gengnya sangat dalam layaknya sebuah keluarga. Jadi saat ada yang mengusik keluarganya, itu berdampak ke Prasetyo. Pendalaman dari sisi inilah yang saya coba angkat melalui perasaan di situasi itu,” tambah Adipati.

Sementara karakter “13” dibekali dengan senjata kecil berupa pisau atau pedang yang pendek. Hal ini terkait dengan statusnya sebagai pembunuh muda yang masih berlatih untuk menjadi pembunuh profesional. Berbeda dengan sang mentor, Umbra (Hana Malasan) yang mendapatkan Katana sebagai senjata utamanya karena ia merupakan salah satu pembunuh veteran.

Timo juga menyampaikan apresiasi kepada para aktor yang secara perdana terlibat dalam film laga, seperti Aurora Ribero yang berperan sebagai “13”. Rangkaian latihan panjang dan intens meliputi persiapan badan sekaligus koreografi pertarungan telah dilakukan Aurora sebelum proses syuting berlangsung. Bahkan, ia menjalani latihan fisik lebih awal dibandingkan pemain lainnya.

Sementara bagi Hana Malasan yang sudah sering bermain di film action, ia sudah biasa dengan latihan fisik sebelum proses syuting. Menurutnya, syuting untuk film laga harus siap untuk babak belur. “Namanya syuting berantem, pasti ada aja kejadian yang tidak sengaja, misalnya saat menendang atau memukul. Harus siap pokoknya kalau babak belur saat syuting itu sudah biasa, hahaha,” kelakarnya.

Hal serupa juga diutarakan oleh Andri Mashadi yang berperan sebagai Ariel terkait persiapan fisik sebelum syuting film The Shadow Strays. “Tentunya kami semua menjalani latihan fisik dan koreografi yang sangat sulit. Namun, karena setiap pemain juga merasakan pengalaman yang sama, tidak ada yang saya sesali. Semuanya bisa bersenang-senang, baik sebelum maupun ketika syuting,” tutupnya.

The Shadow Strays juga menampilkan deretan aktor seperti Ali Fikry, Kristo Immanuel, Agra Piliang, dan Daniel Ekaputra. Bersiaplah menikmati sajian laga terbaik dari Timo Tjahjanto pada tanggal 17 Oktober 2024 di Netflix secara global (aul)