Events

The Wrath of Earth

Pameran Retrospektif Tunggal Karya Arahmaiani

DJAKARTA.ID – Seniman perempuan serbabisa, Arahmaiani menggelar debut pameran lukisan pertamanya bersama ISA Art Gallery. Berlokasi di Wisma 46 Jakarta Pusat, pameran seniman kelahiran Bandung ini mengusung konsep The Wrath of Earth. Melambangkan sebuah kemarahan universal yang disebabkan oleh degradasi lingkungan akibat ulah manusia, termasuk deforestasi dan penggunaan sumber energi tidak berkelanjutan, serta menyebabkan perubahan iklim. Pameran ini dibuka mulai tanggal 3 Agustus – 20 September 2024.

Arahmaiani adalah seorang seniman wanita Indonesia yang telah diakui secara Internasional, termasuk di Australia, Italia, Jerman, Prancis, Malaysia, Thailand, Inggris, Belanda, Austria, Denmark, Singapura, Amerika Serikat, Turki, Israel, Brasil, Kanada, Jepang, Korea, Filipina, Myanmar, dan beberapa negara di Timur Tengah. Ia diakui sebagai salah satu seniman perempuan terkemuka di Indonesia. Berbagai karyakarya telah banyak dianalisis dan didokumentasikan dalam berbagai media dan publikasi akademis, serta jejak digitalnya yang luas dan mudah diakses.

Seni lukis, instalasi, seni pertunjukan, tari, dan menulis puisi merupakan nyawa kreatifitas seorang Arahmaiani. Lahir pada 21 Mei 1961, ia juga dikenal sebagai aktivis sosial, politik, dan lingkungan yang memperjuangkan kesetaraan gender serta pluralisme. Berkat kepekaan artistiknya, Arahmaiani menampilkan karya-karya yang diciptakan selama hampir satu tahun residensi di Natan Art Space (NAS), kemudian diresmikan oleh almarhum Sri Hadi pada tahun 2017.

Pameran The Wrath of Earth mencakup karya-karya lamanya dari tahun 2005 hingga sekarang. Kurasi ini memberikan pemahaman komprehensif kepada penonton tentang evolusi dan konteks praktik artistik Arahmaiani. Selain signifikansi artistiknya, pameran ini juga berfungsi sebagai komentar tajam terhadap isu-isu lingkungan dan sosial-politik kontemporer. Pameran ini diharapkan dapat mendorong pengunjung untuk merenungkan peran mereka dalam mengurangi perubahan iklim dan mempromosikan kesetaraan global.

Kemampuan unik Arahmaiani dalam menggabungkan seni dengan aktivisme menjadikan pameran ini sangat relevan dalam konteks saat ini, di mana masyarakat seluruh dunia bergulat dengan implikasi mendalam dari degradasi lingkungan. Laporan terbaru dari Intergovernmental Panel on Climate Change (IPCC) menyoroti kondisi kritis pemanasan global dan dampak katastrofiknya pada ekosistem masyarakat manusia. Kehancuran habitat fauna dan serangga telah memfasilitasi penularan penyakit zoonosis ke peradaban manusia, seperti dicontohkan oleh pandemi COVID-19. Sebuah bencana pandemik yang mengakibatkan kematian signifikan secara global. Situasi ini menekankan meningkatnya kerentanan umat manusia terhadap pandemi mendatang, di mana studi terbaru menunjukkan kemungkinan lebih seringnya wabah lebih parah akibat perubahan lingkungan.

Persaingan global merebutkan sumber daya alam seperti batubara, nikel, dan besi, telah memicu banyak konflik. Sejak tahun 1970-an, perebutan minyak memicu beberapa perang di Timur Tengah. Hasilnya berkontribusi pada ketegangan agama dan stigma terhadap negara-negara kaya minyak sebagai pendukung kekerasan terhadap negara-negara Barat. Ditambah lagi dengan ketegangan geopolitik saat ini terkait sumber daya energi juga terjadi, seperti konflik yang sedang berlangsung di Laut Cina Selatan dan Kutub Utara. Fenomena ini menggambarkan kompleksitas interaksi antara persaingan sumber daya dan stabilitas internasional. (aul)